Kita Memang Egois dan Mengakuinya adalah Langkah Awal untuk Melanjutkan Hidup

Mario
4 min readJan 17, 2024

--

1 Januari 2024. Melalui akun X-nya, Nawapol Thamrongrattanarit mengunggah postingan berupa tangkapan layar yang menampilkan laman Letterboxd. Tampak di dalamnya memuat ulasan dari banyak orang terhadap film Happy Old Year (2019) yang mereka tonton pada hari pergantian tahun. Beberapa ada yang baru menonton, sementara lainnya menonton kembali. Nawapol dalam cuitannya bilang ihwal film yang sudah berumur empat tahun ini memang tepat ditonton di hari penghujung dan awal tahun.

Berhubung film yang kudu, wajib, harus ditonton minimal satu tahun sekali ini sudah tayang dari 2019 lalu, tentu tulisan ini kubiarkan bebas beberan.

Jean (Chutimon Chuengcharoensukying) baru saja kembali ke Thailand setelah menghabiskan tiga tahun terakhirnya di Swedia. Jean pulang dengan membawa gagasan di kepalanya untuk mengubah lantai satu rumah yang ia tempati bersama sang ibu (Apasiri Nitibhon) dan adik laki-lakinya, Jay (Thirawat Ngosawang), menjadi tempat kerja.

KonMari, konsep yang dikembangkan oleh konsultan tata ruang asal Jepang, Marie Kondo adalah hal yang Jean terapkan dalam gaya hidupnya. KonMari ia terapkan mulai dari cara berpakaian hingga desain tempat kerja yang ia dambakan. Untuk itu Jean pun merasa harus menyapu bersih semua barang-barang yang seperti Marie Kondo bilang — everything that does not sparks.

Barang-barang yang tidak memberikan percikan itu mulai Jean kumpulkan untuk dibuang. Beberapa barang di rumah yang ia dapati ternyata milik teman-temannya mulai dikembalikan satu per satu. Sehingga, Jean merasa tidak bersalah ketimbang harus membuangnya lalu bisa melanjutkan hidup dengan tenang.

Tentu mudah bagi Jean untuk melakukan hal itu hingga ketika ia menghadapi dan mendapati dua hal: sang ibu tidak ingin membuang barang-barang di rumahnya karena menyimpan banyak sekali cerita masa lalu bersama mantan suami, serta Jean yang menemukan barang-barang lama milik mantan kekasihnya, Aim (Sunny Suwanmethanon).

That’s the use of garbage bags. Think about it. Do you remember what you’ve thrown into the bags? Garbage bags are like black holes. When you throw things in, they’re gone. Out of sight, out of mind. It’s so damn easy. It’s a done deal. — Jean, Happy Old year (2019).

Dalam Happy Old Year yang ia coba tampilkan seminimalis mungkin, Nawapol berbicara soal perpisahan dan langkah-langkah untuk merelakan. Hal itu diterapkan dalam bagaimana Jean harus pelan-pelan berbenah dengan barang dan lebih jauh lagi, perasaan. Happy Old Year menekankan ihwal tidak pernah ada cara yang mudah untuk memulai awal baru. Tidak segampang mengumpulkan barang dalam satu kantong plastik hitam yang besar lalu kemudian dijual ke pembeli rongsokan.

Sang ibu dan Aim adalah bentuk dari perasaan lain yang tersembunyi di lubuk hati Jean. Keduanya adalah sesuatu yang Jean hindari supaya dirinya dapat jauh lebih mudah dalam melangkah menjauh. Jean hanya ingin meninggalkan dan melupakan semuanya. Jean lupa, berpisah bukan perkara tentang diri sendiri saja.

Seperti kata Aim kepada Jean di sebuah adegan menjelang akhir: You’re doing it for you … You’re returned my stuff to me for yourself.

Baik ibu Jean dan Aim, keduanya merupakan tokoh yang paling tepat dibuat oleh Nawapol untuk Jean tahu tentang false belief-nya selaku karakter utama yang jadi pondasi utama film. Keduanya adalah orang yang paling dekat dengan karakter utama. Melalui dua orang itu, penggambaran Jean terhadap diri sendiri jadi disampaikan lebih mudah oleh Nawapol.

Menariknya, Happy Old Year tidak berbohong dan berbicara dengan sangat jujur tentang sebuah perpisahan. Sebab pada akhirnya, tidak ada yang dapat diperbaiki melainkan pergi dan meninggalkan begitu saja tentang apa saja yang seharusnya tak perlu dibawa lagi.

“Just admit that you’re selfish and move on with your life. That’s all. You don’t have to worry. Everyone is like this. They have to choose what’s best for themselves. We see what we want to see. We remember what we choose to. That’s all there is. Just get on with your life.” — Aim, Happy Old Year (2019).

Happy Old Year tampaknya ingin ditutup dengan memberikan penonton dan Jean sebuah ruang supaya dapat saling terhubung.

Secara singkat dan padat Nawapol justru tidak memberikan kesempatan untuk karakter utama berbicara pascabertemu dengan Aim untuk terakhir kalinya. Jean dipaksa mengerti bahwa saat itu apa yang ia rasakan dalam langkahnya adalah benar.

Di bagian menjelang akhir, Jean memilih untuk meninggalkan rumahnya saat malam tahun baru. Ia duduk di atas ranjang menghadap kaca jendela hotel yang tak ditutup sehelai kain pun. Televisi di seberang Jean dibiarkan menyala. Dalam beberapa detik, Nawapol juga menyelipkan adegan kecil di mana Jean memutus pertemanannya dengan Aim melalui media sosial. Sejauh mata Jean memandang, gedung pencakar langit berdiri tegak di luar jendela hotel. Di saat bersamaan baik dari layar televisi dan di luar hotel, kembang api tanda pergantian tahun tampak merekah.

--

--

No responses yet